Sabtu, 19 Januari 2008

PERSPEKTIF GENDER DALAM ISLAM


Perspektif Gender dalam Islam

Selama ini, sebagian masyarakat kita memiliki persepsi, bahwa masalah gender adalah produk Barat yang terus-menerus dihembuskan ke dunia Timur. Karena berbau Barat, maka mereka masih alergi untuk menanggapi, bahkan mereka enggan menerimanya. Mereka menganggap, dunia Barat dan Timur mempunyai nilai-nilai yang berbeda, yang tidak mungkin ada titik temunya.

Namun, kiranya kurang tepat kalau kita bersikap apriori, alergi, dan menolak apa yang datang dari Barat, termasuk mengenai masalah gender. Yang terbaik buat kita bukan menolak isu itu. Isu gender itu ibarat teko kosong yang dapat kita isi dengan apa saja yang kita miliki. Kita diberi kebebasan untuk mengisinya. Tentu saja, kita tidak mau mengisi isu gender itu dengan isian yang tidak tepat dengan pandangan yang Islami. Artinya, tugas kita sekarang adalah bagaimana mengisi isu ini dengan hal-hal yang Islami. Bukankah Islam adalah agama terbuka, yang dapat mewarnai sesuatu, termasuk masalah gender, dengan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan gender?

Secara singkat, gender adalah perbedaan laki-laki dan perempuan di luar sifatnya yang biologis. Secara sosial, baik peran maupun fungsinya di dalam masyarakat, laki-laki dan perempuan menempati posisinya yang sama. Kalau misalnya seorang perempuan mengajukan cuti hamil, melahirkan atau haid, lalu kemudian dikabulkan oleh pihak perusahaan, maka itu bukan diskriminasi gender.

PrinsipgenderdalamIslam Empat belas abad silam, Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini. Salah satu peran Islam yang hingga kini masih berlangsung adalah menghapus diskriminasi terhadap perempuan yang dilakukan kalangan lelaki. Islam berhasil menunjukkan perbedaan dan persamaan antara laki-laki dan perempuan.

Pada prinsipnya, perbedaan kodrati antara laki-laki dan perempuan dapat dilihat secara biologis. Secara ilmiah, kaum perempuan bisa hamil (mengandung), melahirkan dan menyusui. Perbedaan kodrati perempuan ini tidak bisa digantikan oleh laki-laki. Inilah perbedaan asasi secara biologis. Begitu pula sebaliknya. Tanpa peran seorang laki-laki sebagai suaminya, seorang perempuan tidak akan bisa hamil. Dengan demikian, laki-laki dan perempuan merupakan makhluk Allah yang seharusnya hidup berdampingan. Antara keduanya tidak ada yang lebih sempurna, lebih unggul, atau lebih lengkap secara anatomi biologis. Allah memberikan organ tubuh kepada keduanya sesuai dengan fungsinya masing-masing. Itulah siklus kehidupan yang saling melengkapi. Identifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan semacam ini merupakan perspektif anatomi biologis.

Sementara itu, Islam telah menentukan beberapa prinsip tentang gender. Prinsip pertama, bahwa laki-laki dan perempuan sama di mata Allah kecuali ketakwaannya. Allah dengan tegas menyebutkan, bahwa perbedaan secara biologis atau jenis kelamin-laki-laki dan perempuan, tidak dapat menentukan dan menjadi ukuran untuk melihat derajat kemuliaan seseorang. Kemuliaan seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, terletak pada kadar dan tingkat ketakwaannya kepada Allah. Artinya, kemuliaan seorang laki-laki dan perempuan bisa dilihat pada kualitas takwanya kepada Sang Pencipta, bukan ditentukan olehjeniskelaminnyadenganukuranbiologis.

Dalam Alquran, Allah berfirman, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al-Hujuraat, 49: 13).

Prinsip kedua, bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama diperintahkan menyerukan dan mengajak kepada kebaikan, dan mencegah atau melarang kepada keburukan. Mereka sama-sama diperintahkan beramar makruf dan menanggung dosa yang diperbuatnnya. Laki-laki dan perempuan, misalnya, diwajibkan menjaga kemaluannya. Lihat firman Allah, ''Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya'. Katakalah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannnya, dan memelihara kemaluannya.'' (QS. Al-Nuur,24:30-31).

Prinsip ketiga, bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama, sesuai dengan apa yang diusahakannya. Allah berfirman, ''Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.''(QSAlNisaa,4:32).

Kesetaraan kerja Dalam masyarakat tradisional, pembagian kerja ditentukan oleh jenis kelaminnya: laki-laki dan perempuan. Kaum perempuan, misalnya, dituntut lebih banyak untuk mendidik anak-anak, memasak di dapur, membersihkan lingkungan rumah, dan menjaga keluarga di rumah. Sedangkan kaum lelaki harus bekerja di luar rumah, misalnya bertani, berladang, mengajar di sekolah, dan bekerja di kantor. Dulu, masyarakat kita di pedesaan tidak memperbolehkan anak-anak perempuan masuk sekolah. Sebab, kalau sekolah, mereka akan pandai menulis huruf Latin yang akan berakibat kurang baik di masa depan. Pandai menulis bisa mendorong anak-anak perempuan untuk saling kirim surat dengan laki-laki. Kalau tidak terkendali, hubungan mereka bisa menjurus kepada jurang maksiat. Cara pandang semacam ini membuat masyarakat kita berpikir, bahwa sebaiknya perempuan tidak usah masuk sekolah, karena bisa mendatangkan mudarat. Kini, cara pandang ini sudah diubah. Masyarakat kita sudah mulai sadar terhadap pentingnya pendidikan; dan bahwa, efek negatif pandai baca-tulis lebih keci dari manfaat yang jauh lebih banyak.

Pembagian kerja semacam di atas merupakan bagian dari diskriminasi gender. Padahal, laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kemampuan untuk melakukan semua pekerjaan, baik di dalam maupun di luar rumah. Misalnya, seorang laki-laki bisa mengasuh anak-anaknya, bila diberi kesempatan untuk mengerjakannya. Termasuk juga dalam hal urusan masak-memasak. Selama ini, yang dianggap bisa memasak hanyalah perempuan, padahal nyatanya kini banyak juga koki lelaki yang pandai memasak, bahkan ia lebih pandai memasak ketimbang perempuan. Kalau selama ini yang dianggap bisa bekerja secara profesional hanyalah laki-laki, maka kini perempuan pun juga mampu bekerja secara profesional, asal ia diberi kesempatan. Jadi, laki-laki dan perempuan masing-masing dapat bekerja, baik di dalam maupun diluar rumah.

Selama ini ada kekhawatiran dalam masyarakat, bahwa bila seorang perempuan terjun ke dunia kerja dan sektor publik, maka anak-anak dan keluarganya akan terbengkalai. Kekhawatiran semacam ini seharusnya tidak perlu terjadi, dan dicarikan jalan keluarnya. Kini, banyak kaum Muslimah berkarier ria di kantor-kantor. Namun, mereka masih punya banyak kesempatan untuk mengurus keluarga, mendidik, dan membimbing anak-anaknya.

Hal ini karena antara suami dan istri punya kesepahaman dalam hal pembagian kerja. Antara keduanya memiliki komitmen dan konsep yang sama dalam mengurus anak-anak dan keluarganya. Laki-laki dan perempuan dalam keluarga sepatutnya mempunyai pemahaman dan pembagian kerja yang jelas, bila mereka ingin sama-sama bekerja di dalam maupun di luar rumah. Wallahu a'lam.

Selasa, 06 November 2007

JENIS DAN SYARAT EVALUATOR

EVALUATOR PROGRAM
Jenis-jenis evaluator:
1) Evaluator intern, adalah sebuah tim yang ditunjuk oleh suatu organisasi yang melaksanakan program, terdiri dari 9 orang-orang yang menjadi anggota organisasi program tersebut.
2) Evaluator ekstern, adalah sebuah tim yang diminta (biasanya oleh pengambil keputusan) untuk melaksanakan penilaian terhadap efektivitas program agar hasilnya dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan di dalam menentukan tindak lanjut terhadap kelangsungan atau terhentikannya program tersebut.
Evaluator ekstern dapat berasal dari sekelompok orang yang memang sudah profesional, yang memang merupakan kelompok yang siap dibayar oleh pengambil keputusan. Ada juga evaluator dari perwakilan beberapa instansi yang ditunjuk. Misalnya penilaian terhadap Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) ditunjuk perwakilan dari beberapa IKIP yang tidak secara langsung menangani program tersebut.

PERSYARATAN EVALUATOR

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang sebaik-baiknya, bagi evaluator program dituntut adanya persyaratan-persyaratan tertentu:
1) Memahami materi, yaitu memahami tentang seluk beluk program yang dievaluasi, antara lain:
a. Tujuan program yang sudah ditentukan sebelum mulai kegiatan.
b. Komponen-komponen program
c. Variabel yang diuji-cobakan atau dilaksanakan
d. Jangka waktu dan penjadwalan kegiatan
e. Mekanisme pelaksanaan program
f. Pelaksanaan program
g. Sistem monitoring kegiatan program
2). Menguasai teknik, yaitu menguasai cara-cara atau teknik yang digunakan di dalam melaksanakan evaluasi program. Oleh karena evaluai program tidak lain adalah penelitian evaluasi , maka evaluator program harus menguasai metodologi penelitian, meliputi:
a. Cara membuat perencanaan penelitian
b. Teknik menentukan populasi dan sampel
c. Teknik menyusun instrumen penelitian
d. Prosedur dan teknik pengumpulan data
e. Penguasaan teknik pengolahan data
f. Cara menyusun laporan penelitian
Untuk metodologi yang terakhir ini evaluator program harus menguasai sesuatu yang lebih dibandingkan dengan peneliti karena apa yang disampaikan akan sangat menentukan kebijaksanaan yang kadang-kadang resikomya sangat besar.
3). Objektif dan cermat. Tim evaluator adalah sekelompok orang yang mengemban tugas penting yang di tugasnya ditopang oleh data yang dikumpulkan secara cermat dan objektif. Berdasarkan atas data tersebut mereka diharapkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan, mengolah dan sebagainya secara cermat dan objektif pula. Khususnya di dalam menentukan pengambilan strategi penyusunan laporan, evaluator tidak boleh memandang satu atau dua aspek sebagai hal yang istimewa, dan tidak boleh dan tidak boleh pula memihak. Baik pelaku evaluasi dari dalam ekstern (terutama yang dibayar!) tidak dibenartkan “mengambil muka” dari orang/lembaga yang meminta bantuan atau menugaskannya untuk mengevaluasi.
4). Jujur dan dapat dipercaya
Tim evaluasi merupaka tim kepada siapa pengambil keputusan menumpahkan seluruh kepercayaannya kepadanya. Mengapa pengambil keputusan minta tolong untuk mengevaluasi program yang dipandang penting untuk dievaluasi?. Alasannya ada dua hal: (a) mereka menghindari adanya bias (kesalahan pengamatan atau kesalahan persepsi) dan (b) dalam mempertanggungjawabkan tindakannya kepada masyarakat luas, tidak akan ada rasa “risih” karena adanya kemungkinan tidak jujur. Atas dasar alasan penyerahan tugas mengevaluasi tersebut kepada evaluator, maka menjadisuatu beban mental yang berat pada tim evaluator untuk tidak menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Sebagai timbal baliknya mereka harus dapat menunjukan tingkat keterpercayaan yang tinggi kepada pemberi tugas.
Sehubungan dengan persyaratan evaluator ini, Ronald G. Schnee (1977) menyimpulkan dari data yang diperoleh dari 45 orang peneliti dan evaluator adanya 11 (sebelas) hal yang harus diperhatikan:
1) Evaluator hendaknya merupakan otonom. Evaluator hendaknya orang luar yang sama sekali tidak ada ikatan dengan pengambil kebijaksanaan maupun pengelola dan pelaksana program. Di samping itu juga harus jauh dari tekanan politik.
2) Ada hubungan baik dengan responden dalam arti dapat memahami sedalam-dalamnya watak, kebiasaaan dan cara hidup klien yang akan dijadikan sumber data evaluasi.
3) Tanggap akan masalah politik dan sosial karena tujuan evaluasi asalah pengembangan program.
4) Evaluator berkualitas tinggi, dalam arti jauh dari biasa. Evaluator adalah orang yang mempunyai self concept yang tinggi, tidak mudah terombang-ambing.
5) Menguasai teknik untuk memilih desain dan metodologi penelitian yang tepat untuk program yang dievaluasi.
6) Bersikap terbuka terhadap kritik. Untuk mengurangi dan menahan diri dari bias, maka evaluator memberi peluang kepada orang luar untuk melihat apa yang sedang dan telah dilakukan.
7) Menyadari kekurangan dan keterbatasannya serta bersikap jujur, menyampaikan (menerangkan) kelemahan dan keterbatasan tentang evaluasi yang dilakukan.
8) Bersikap pasrah kepada umum mengenai penemuan positif dan negatif. Evaluator harus berpandangan luas dan bersikap tenang apabila menemukan data yang tidak mendukung program, dan berpendapat bahwa penemuan negatif sama pentingnya dengan penemuan positif.
9) Bersedia menyebarluaskan hasil evaluasi. Untuk program kegiatan yang penting dan menentukan, hasil evaluasi hanya pantas dilaporkan kepada pengambil keputusan dalam sidang tertutup atau pertemuan khusus. Namun untuk program yang biasa, dan dipandang bahwa masyarakat dapat menarik manfaat dari penilaiannya, sebaiknya hasil evaluasi disebarluaskan , khususnya bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
10) Berlawanan dengan nomor 9, menurut Ronald G. Schnee, hasil penilaian yang tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai informasi terbuka, sebaiknya tidak disebarluaskan (merupakan sesuatu yang konfidensial).
11) Tidak mudah membuat kontrak. Evaluasi yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah disebutkan sebaiknya tidak dengan mudah menyanggupi menerima tuga karena secara etis dan moral akan merupakan sesuatu yang kurang dapat dibenarkan.

Selasa, 30 Oktober 2007

KONSORSIUM EVALUASI PENDIDIKAN DI STANFORD

KONSORSIUM STANDFORD
Filed under: Uncategorized
UNIVERSITAS ON-LINE "U21 GLOBAL" TENGAH BERSIAP MENGUASAI ASIA
Universitas on-line model universitas terbuka yang didukung oleh 15 universitas terkenal di AS, Canada, Eropa, Australia, dan beberapa universitas terkemuka di Asia tengah dipersiapkan guna hadir tepat pada kwartal pertama tahun 2003. Dengam mengambil nama "U21 Global" atau Universitas 21 Global maka model pengajaran e-Learning yang berorientasi pada penyediaan pendidikan bergelar sarjana dan pasca-sarjana untuk bidang bisnis dan teknologi informasi ini akan beroperasi didukung oleh akreditasi 15 universitas yang tergabung dalam kemitraan "Universitas 21" yang bermitra dengan institusi swasta Thomas Learning.Thomas Learning adalah perusahaan publik berskala global dalam bidang penyedia jasa solusi pendidikan dan training yang basis bisnisnya berpusat di Canada dan London - Inggris. Pada tahun 2000 pendapatan bisnis perusahaan mencapai nilai $ 6 milyar. Sedangkan Universitas 21 adalah jaringan kerja sama pendidikan, akreditasi dan riset diantara sekelompok Universitas yang mengandalkan riset iptek yang intensif, yang terdiri atas 18 Universitas di kawasan Amerika Utara/Canada, Eropa, dan Asia-Pasifik. Konsorsium kerja sama Universitas "U21 Global" mulai digulirkan dengan modal awal kerja sama senilai AS $ 50 juta. Kantor administrasi pengelola kampus akan berpusat di Singapore, demikian pula halnya dengan segala paket materi perkuliahan akan dipersiapkan dan dipancarkan lewat Internet dari Singapore. Dalam tahap awal operasionalnya "U21 Global" akan membidik pasar di kawasan Asia, khususnya ASEAN dan Asia Timur. President & CEO Thomson Learning yang juga duduk sebagai manajemen puncak "U21 Global" Bob Cullen memprediksikan akan terdapat pasar potensial pendidikan model e-Learning lewat Internet bagi sejumlah 32 juta mahasiswa di seluruh penjuru dunia akan setara dengan permintaan bernilai komersial sebesar AS $ 100 milyar lebih. Pasar Asia khususnya untuk calon mahasiswa dari Singapore, Malaysia, dan Hong Kong, dianggap sebagai pasar pertama yang paling potensial dan dikenal sebagai pengguna jasa yang "brand concious"-nya tinggi dan sangat menghargai akan arti mutu materi kuliah yang berasal dari universitas terkemuka yang bergabung dalam konsorsium Universitas "U21 Global". Bahasa pengantar kuliah adalah Bahasa Inggris. 15 Universitas yang telah aktif bergabung dalam "U21 Global" yakni ; · University of Virginia, University of Michigan, McGill University, University of British Columbia ( AS & Canada ) ; · University of Melbourne, University of New South Wales, University of Queensland, University of Auckland ( Australia & Selandia Baru ). · National University of Singapore ( NUS ), University of Hong Kong, Fudan University dan Peking University ( China ). · Beberapa universitas dari negara-negara di Europe. Di AS komersialisasi jasa pendidikan e-Learning telah berjalan sejak menjelang tahun 2000 ; baik yang dijalankan oleh Universitas maupun ditawarkan oleh Institusi swasta penyedia jasa Pendidikan & Training. Persaingan di tengah pasar AS senilai $1.1 milyar sesuai penelitian Goldman Sachs sampai tahun 2002 berjalan sangat kompetitif. Terlebih ketika pada Nov 2000 Universitas terpandang seperti Harvard dan Stanford yang bekerja sama menyiapkan program unggulan keduanya dalam bidang Manajemen Bisnis dilaksanakan on-line di Internet. Program kedua Universitas memang difokuskan terutama bagi sosok eksekutif yang memerlukan penajaman lanjutan dalam keahlian bidang Manajemen. Ketua Jurusan Harvard Business School telah menggariskan visi Harvard & Stanford guna menjadi nara sumber terdepan dalam bidang pendidikan manajemen secara on-line dizaman global ini adalah : "to educate leaders around the world,"

Senin, 22 Oktober 2007

Resensi Buku

Judul : Psikologi Kesuksesan – Belajar dari Kegagalan dan Keberhasilan

Penulis : Maulana Wahiduddin Khan

Penerbit : Robbani Press, Jakarta

Cetakan : Jumadil Akhir 1425 H/Agustus 2004

Tebal : xvi + 316 halaman

KESUKSESAN BISA DIRAIH OLEH SIAPA PUN

Kegagalan adalah hal biasa dalam kehidupan. Hanya bagaimana kita menyikapi kegagalan tersebut, sehingga bisa menjadi cemeti dan menjadi tangga menuju kesuksesan. Itulah kunci yang dimiliki oleh banyak tokoh besar yang lahir di dunia ini. Sukses gemilang yang berhasil mereka raih justru buah dari kegagalan demi kegagalan yang menerpa mereka.

Apakah Anda terus berkubang dalam kegagalan? Jangan cemas, karena tidak ada yang tidak mungkin untuk meraih kesuksesan bagi orang yang dapat mengambil pelajaran dari kegagalan yang dialaminya.

Anda beruntung bila dapat menyimak buku ini, karena Maulana Wahiduddin Khan, penulis buku ini, sangat cerdas dan tangkas sekali dalam menggugah pembacanya agar seluruh gelegak kehidupan ini dipandang secara positif. Dari roh ayat “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (al-Insyirah: 6), intelektual kelas dunia yang lahir di India ini mengobarkan optimisme yang besar sekali, sehingga tak ada alasan bagi Anda untuk menghadapi hidup ini dengan murung. Karena di balik jalan buntu yang menjegal Anda dalam meniti hidup ini, sebetulnya jalan kesuksesan terbentang luas di hadapan Anda.

Siapa pun Anda, tetap mempunyai potensi untuk menjadi orang sukses. Anda mengenal Mahatma Gandhi? Tentu. Tahukah Anda, ternyata di balik ketenarannya bersemayam sifatnya yang pemalu. Dalam bukunya, My Experiments with Truth , ia mengakui bahwa ia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyingkirkan sifat pemalunya tersebut.

Ketika sedang menuntut ilmu di London, ia bergabung dengan masyarakat vegetarian. Pada salah satu pertemuan dia diminta untuk memberikan satu kata sambutan. Dia berdiri, namun tidak mampu untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya. Akhirnya dia hanya mengucapkan beberapa kata ucapan terima kasih dan kemudian duduk. Pada peristiwa yang lain, ketika dia diundang untuk mengemukakan ide-idenya tentang makanan vegetarian, dia telah menyusun pikiran-pikirannya di atas selembar kertas. Namun tetap juga ia tidak mampu untuk membacakannya. Untunglah, seseorang yang merasa kasihan kepadanya, membacakan tulisan tersebut.

Tetapi, sebagaimana yang ditulis Gandhi, kemalangan yang tampak ini berubah menjadi keberuntungan baginya: “Keragu-raguan saya dalam berbicara, yang dulu merupakan sesuatu yang amat menjengkelkan, sekarang menjadi suatu kebahagiaan. Hal tersebut merupakan suatu hikmah besar yang mengajarkan saya untuk menghemat kata-kata. Secara alamiah saya telah membentuk suatu kebiasaan untuk mengendalikan pikiran-pikiran saya. Dan sekarang saya dapat memberikan satu sertifikat kepada diri sendiri bahwa satu kata yang tidak dipikirkan dengan matang sulit keluar dari lidah atau pena saya.”

Dari narasi ini, kita bisa menarik pelajaran bahwa satu kekurangan ternyata bisa berubah menjadi suatu kelebihan. Mahatma Gandhi menjadi terkenal karena sikapnya yang penuh pemikiran dan ekonomis dalam berbicara. Namun ciri ini berasal dari ciri lain yang sedikitnya akan menjadi penghalang kemunculannya. Dengan kata lain, sifat pemalunya telah menghalangi dia untuk berbicara di depan publik; yang kemudian menjadikannya memiliki sifat yang penuh pemikiran dan ekonomis dalam berbicara.

Bagi Wahiduddin Khan, pelajaran dan hikmah bisa dipetik dari mana saja. Bukan hanya dari narasi kehidupan tokoh besar seperti Mahatma Gandhi—sebagaimana yang dikutip di atas, tapi juga dari hal apa saja yang sempat dilihat, didengar, dan dialaminya. Selama manusia mau berpikir dan merenungi tentang segala hal, selama itu pula hikmah bertebaran di mana-mana.

Beragam peristiwa kehidupan yang boleh jadi dianggap remeh dan sepele oleh sebagian orang, bagi Wahiduddin Khan menjadi lautan hikmah yang sayang untuk dilewatkan. Karena berbagai renungan dan pengamatan sosialnya yang dituangkan dalam buku ini, insya Allah akan mampu mencerahkan dan melejitkan kemampuan Anda. Dengan reputasi keilmuannya yang telah teruji, penulis produktif ini menyajikan kupasan yang mengasyikkan sekali perihal kiat-kiat meraih kesuksesan dalam hidup ini.

Salah satu rekomendasi yang diberikannya adalah agar seseorang memiliki tujuan, karena manusia bisa mendapatkan pencapaian tertingginya hanya ketika dia menjalani kehidupan dengan tujuan tertentu. Kehidupan semacam ini mencirikan tingkat tertinggi dari perkembangan manusia.

Orang yang memiliki tujuan tertentu tidak pernah membiarkan diri mereka terperangkap oleh suatu kekacauan, karena itu berarti menjauhkan diri mereka dari tujuan. Seorang manusia yang memiliki tujuan tertentu selalu memandang ke depan, ke masa depan. Dia selalu berpikir tentang konsekuensi-konsekuensi jangka panjang daripada pertimbangan-pertimbangan sesaat. Dia memperhatikan semuanya bukan dari sudut pandang keinginan dan sikap pribadi, namun dari sudut pandang yang realistis.

Hal ini tidak selalu diterjemahkan dengan melakukan berbagai tugas yang jelas, dan benar-benar memiliki tujuan tertentu. Namun suatu kehidupan yang benar-benar sistematis juga merupakan salah satu penemuan manusia dalam statusnya yang tinggi; suatu kehidupan di mana kepribadiannya menampakkan kualitas unik yang dimilikinya. (Makmun Nawawi)

Macam-Macam Validitas

Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.

Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.

Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.

Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.

Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.

Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.

Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.

Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja.

Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria).

Format Raport


Nama : Amalia Kelas/Semester : XII / II

Nomor Induk : 677 Tahun Pelajaran : 2006-2007

Nama Sekolah : Jabal Nur

No

Mata Pelajaran

Standar Ketuntasan Belajar Minimal *)

Nilai Hasil Belajar

Pengetahuan dan Pemahaman Konsep

Praktik

Sikap

Angka

Angka

Huruf

Angka

Huruf

Predikat

1

Pendidikan Agama

66

80

-

B

2

Pend. Kewarganegaraan

65

70

-

B

3

Bahasa Indonesia

64

68

65

B

4

Bahasa Inggris

60

70

68

B

5

Matematika

60

80

-

-

6

Kesenian

65

-

70

B

7

Pendidikan Jasmani

63

-

80

B

8

Sejarah

62

66

-

B

9

Antropologi

62

67

-

B

10

Sastra Indonesia

62

66

65

B

11

Bahasa Asing Lain **)

65

65

68

B

12

Tekhnologi Informasi dan Komunikasi

65

78

69

B

13

Keterampilan ***)

P K L H

60

67

60

B

14

……………….. ****)

*) Untuk masing-masing nilai Pengetahuan dan Pemahaman Konsep dan Praktik

**) Diisi dengan bahasa Jerman, Arab, Perancis, Mandarin, Jepang (Bahasa lain yang menjadi ciri khas

sekolah)

***) Diisi sesuai dengan jenis Keterampilan yang dipilih siswa

****) Diisi Mata Pelajaran Lain Yang Dilaksanakan Di Sekolah (bisa lebih dari satu)

Jakarta, 14 April 2007

Orang Tua/Wali Siswa

(………………………)

Mengetahui

Kepala Sekolah

(………………………)

Wali Kelas

(………………………)

Ketercapaian Kompetensi Siswa

No

Mata Pelajaran

Keterangan

1

Pendidikan Agama

2

Pend. Kewarganegaraan

3

Bahasa Indonesia

4

Bahasa Inggris

5

Matematika

6

Kesenian

7

Pendidikan Jasmani

8

Sejarah

9

Antropologi

10

Sastra Indonesia

11

Bahasa Asing Lain *)

12

Tekhnologi Informasi dan Komunikasi

13

Keterampilan **)

P K L H

14

………………..

*) Diisi sesuai dengan jenis Bahasa Asing yang dipilih siswa

**) Diisi sesuai dengan jenis Keterampilan yang dipilih siswa

Ketercapaian Kompetensi Siswa

No

Jenis Kegiatan

Keterangan

1

2

3

4

Ketidakhadiran

No

Alasan Ketidakhadiran

Lama

1

Sakit

2

Izin

3

Tanpa Keterangan

Keprribadian

No

Kepribadian

Keterangan

1

Kelakuan

2

Kerjinan/Kedisiplinan

3

Kerapian

4

Kebersihan

Catatan Guru:

Keterangan Kenaikan Kelas : Lulus / Tidak Lulus – Coret yang tidak perlu

(Berlaku untuk semester 2 Kelas XII)

Jakarta, 14 April 2007

Orang Tua/Wali Siswa

(………………………)

Mengetahui

Kepala Sekolah

(………………………)

Wali Kelas

(………………………)